Sejarah Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benceluk Tegeh Kori

SEJARAH DALEM BENCULUK

TEGEHKORI

 

Semoga tidak ada halangan dan semua keinginan terkabul.

Pranamyam sira dewam, bhuktimukti itarttaya,

Prawaksyatwa wijneyah, brahmanam ksatriyadih,

patayeswarah.

 

OM. Sembah sujud hamba ke hadapan Bhatara Sang Hyang Suksma Wisesa yang telah menciptakan baik buruknya menjadi manusia. Semoga tidak terhalang dalam menyusun riwayat ini, terhindarlah hamba, leluhur hamba dan seluruh keturunan hamba dari kutukan dan dosa. Bukan karena hamba mahir tentang isi Sang Hyang Purana Tatwa. Sebenarnya kami tidak berkehendak durhaka untuk menyusun riwayat leluhur kami, karena keinginan kami untuk selalu mengenang kebesaran dan jiwa mulia leluhur kami dan sebagai peringatan untuk keluarga besar kami semua. Semoga berhasil dan sempurna.

OM Ibu, sembah sujud kami kepada Ibu leluhur kami. Kami dapat merasakan perih yang ibu pendam, duka nestapa yang harus ibu tanggung, tercerabut kasih sayang dalam genggaman, kehilangan hak untuk mengasuh dan membesarkan Sang Putera Mahkota. Kami merasakan kepedihan yang ibu derita, terpisah dari Sang Putera Mahkota, terenggut dari timangan dan kasih, teraniaya oleh sistem ketatanegaraan dan tercoret dari silsilah kerajaan Bali Dwipa.

OM. Sembah pujiku orang hina ke bawah telapak kaki Pelindung Jagat Badeng. Siwa-Budha Janma-Bhatara senantiasa tenang tenggelam dalam samadi. Sang Sri Prawatanata, pelindung para miskin, raja adiraja di dunia, Dewa-Bhatara. Ada dimana-mana serta meresapi semua prati sentana, nirguna bagi kaum wisnawa. Iswara bagi para Yogi, Purusa bagi Kapila, Hartawan bagi Jambala. Wagindra dalam segala ilmu, Dewa Asmara didalam Cinta, Dewa Yama didalam menghilangkan penghalang dan menjamin damai Dunia. Begitulah pujian kami pengubah sejarah, kepada Ida Batara Dalem Benculuk Tegehkori, Sri Nata Nambangan Badeng yang sedang memegang tampuk pemerintahan, bagai titisan Dewa-Bhatara beliau menyapu duka rakyat semua. Tunduk setia segenap Bumi Badeng, bahkan malah seluruh Bali Dwipa.

Tahun 1355 M beliau telahir untuk menjadi narpati. Selama dalam kandungan di samplangan, telah tampak tanda keluhuran Gempa Bumi, kepul asap, hujan abu, guruh halilintar menyambar-nyambar. Gunung meletus, gemuruh membunuh durjana, penjahat musnah dari Negara. Itulah pertanda Bhatara Girinata menjelma bagai raja. Terbukti selama bertahta, seluruh rakyat Badeng tunduk menadah perintah. Wipra, Ksatria, Waisya, Sudra, keempat golongan sempurna dalam pengabdian. Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan keberanian Sri Nata.

OM Ibu, tulisan ini adalah rangkuman dari berbagai sumber pustaka yang kami baca, dipadukan dengan berbagai kesusastraan yang sudah ada. Alangkah sulitnya kami mengurai benang kusut sejarah Satrya Kulina Bali Dwipa, karena terlalu banyaknya keinginan dan campur aduk kepentingan dalam penulisan kesusastraan. Namun dengan kasihmu ibu, kami dapat menyusun semua ini. Meskipun demikian, kami menyampaikan bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga perlu pemikiran yang tenang untuk menyempurnakan semua tulisan ini. Semoga ibu senantiasa menyertai kami.

OM Ibu, sembah sujud kami kepada ibu leluhur kami. Ijinkan kami  menggubah sejarah Ida Bhatara Dalem Benculuk Tegehkori demi menegakkan sejarah leluhur yang telah teroyak-koyak dan tercerai berai. Selanjutnya kami taburkan gubahan sejarah leluhur kami, Ida Bhatara Dalem Benculuk Tegehkori ke dalam Telaga Manassarovara, telaga Budi Pekerti. Semoga menjadi teladan bagi para prati sentana.

IKlan 3
Iklan Sidebar Kanan
Iklan Sidebar Kiri